MAKALAH
Ayat-ayat tentang Allah SWT
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen Pengampu : Dr. H. Hamdani Mu’in, M.Ag
Disusun
Oleh:
1.Ulfa Nurul Wakhidah ( 133911037 )
2.Lutfiyatul Munawaroh ( 133211003 )
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim,
Segala
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nya lah kami
akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul: “Ayat-ayat tentang ALLAH SWT”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Semoga kita termasuk umatnya yang akan mendapatkan syafaatnya
nanti amin.
Makalah
ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negri Semarang. Dalam penyusunan
makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan
bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada penulis juga para pembacanya. Amin.
Semarang,19 September 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Sesungguhnya Allah
menciptakan jin dan manusia dimuka bumi ini hanya untuk beribadah kepada-Nya,
dengan menjalankan semua perintah dan menjauhi segala larangannya. Terdapat berbagai
macam bukti yang telah di perlihatkan oleh Allah atas kekuasaannya, akan tetapi
masih banyak dari kalangan manusia yang lalai atas perintahnya sebagai khalifah
fil ardh, mereka cenderung memikirkan kehidupan yang bersifat duniawi semata
atau lebih menuruti hawa nafsu untuk kepentingan dunia saja.
Selanjutnya,
didalam makalah ini kami akan membahas tentang firman Allah yang menunjukkan bukti-bukti akan kebesaran-Nya
yang dijelaskan didalam Qs. al- Hasr, Qs. al- Ruum, Qs. Fushshilat. Didalam
ayat tersebut telah dijelaskan betapa agungnya Allah dengan segala kebesarannya
yang telah menciptakan makhluknya dengan penciptaan yang sempurna, memberikan
rizki yang terus mengalir seperti air, maka tidaklah pantas ketika kita sebagai
makhluk ciptaannya berani menyekutukannya dengan menyembah tuhan yang lain
selain Dia.
Oleh karena itu, dengan selesainya
makalah ini, semoga mampu memberikan sedikit wawasan tentang kebesaran Allah
dan ke-Esaannya, sehingga mampu membuka mata hati kita untuk selalu senantiasa
bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita semua.
A. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
diatas, makadapat dirumuskan beberapa rumusan masalah diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah
penafsiran tentang Qs. Al- Hasyr (59): ayat 22-24?
2. Bagaimanakah
penafsiran tentang Qs. Al- Rum (30): ayat 20-25?
3. Bagaimanakah
penafsiran tentang Qs. Fushshilat (41): ayat 9-12?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Tafsir
Qs. Al- Hasyr (59): ayat 22-24
Adapun tafsir surat
al-Hasyr adalah sebagai berikut:
Ayat
22:
هُوَ اللهُ الَّلذِيْ لَا اِلَهَ
اِلَّا هُوَ, عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ, هُوَ الرَّحْمنُ
الرَّحِيْمُ.
“Dia-lah
Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha penyayang”
Al-baqaa’i
berkomentar هُو pada ayat bahwa Dia
yang wujud-Nya dari zat-Nya sendiri sehingga Dia sama sekali tidak disentuh
oleh ‘adam (ketiadaan) dalam bentuk apapun.
Kata
اللهُ juga sepintas tidak diperlukan lagi karena
kata هُو telah menunjukkan kepada-Nya. Akan tetapi
ini agaknya untuk menggambarkan semua sifat-sifat-Nya, karena kata Allah
menunjukkan kepada Zat yang wajib wujud-Nya itu dengan semua sifat-Nya, baik
sifat Zat maupun Fi’il. Dan apabila kita menyebut Allah apa yang kita ucapkan
telah mencakup semua nama-nama-Nya, sedangkan apabila diucapkan nama-Nya yang
lain misalnya ar-Rahiim atau al-Maliik itu hanya menggambarkan sifat rahmat
atau sifat kepemilikan-Nya saja.[1]
Sesungguhnya
tidak ada Tuhan selain Dia. Segala sesuatu yang disembah selain Dia, baik itu pohon,
batu, berhaka, maupun malikat adalah bathil. Dia mengetahui segala makhluk yang
nyata bagi kita dan yang gaib. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya,
baik di langit maupun di bumi. dia mempunyai rahmat yang luas dan meliput
segala makhluk, dia-lah yang Maha rahman di dunia dan rakhiim di dunia dan
akhirat.[2]
Ayat 23:
هُوَ
الله الَّلَذِيْ لَا اِلهَ اِلَّا هُوَ, اَلْمَلِكُ القُدُّوْسُ السَّلَامُ
الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ الْجَبّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللهِ
عَمَّا يُشْرِكُوْنَ.
“Dia-lah
Allah yang tiada tuhan selain Dia, Raja yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera,
Tang mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, yang
memiliki segala keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”.
Dalam
ayat ini disebutkan sifat-sifat Allah, dan ayat di atas kembali mengulangi
penggalan awal ayat yang lalu dengan
menyatakan Dia Allah yang tiada tuhan selain Dia, Dia adalah malik, Maha
pemilik segala sesuatu dengan sebenarnya lagi maha raja, al-Quddus, Maha suci
dari segala kekurangan dan segala yang tidak pantas, as-Salaam, mahadamai dan Sejahtera,
al-Mu’miin, Maha Mengaruniakan keamanan, al-Muhaimin, Maha memelihara dan Maha
Mengawasi, al-Aziiz Maha Agung, al-Jabbar, Maha perkasa, al-Mutakabbir Maha
tinggi, Maha suci Allah dari apa yang mereka sekutukan.
Dalam
kata اَلْمَلِكُ yang
mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu yang disebabkan oleh kekuatan
pengendalian dan keshahihannya. اَلْمَلِكُ
yang biasa diterjemahkan dengan raja adalah yang menguasai dan menangani
perintah dan Larangan, anugerah dan pencabutan.[3]
Ayat 24:
هُوَ
اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْاَسْمَاءُ الْحُسْنَى,
يُسَبِّحُ لَهُ فِى السَّموتِ وَ الْاَرْض, وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.
“Dia-lah
Allah Yang Menciptakan. Yang Mengadakan, Yang membentuk rupa, Yang mempunyai
nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di
bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Bijaksana”.
Bahwasanya الْخَالِقُ
yang berarti menetapkan , sedangkan الْبَارِئُ berarti melaksanakan dan melahirkan apa yang
telah ditetapkan ke alam wujud, Dan tidak setiap yang mampu menetapkan dan
menyusunnya itu mampu pula untuk melaksanakannya atau mewujudkannya kecuali
Allah SWT, yaitu Rabb yang jika menghendaki sesuatu, maka Dia cukup dengan
mengucap “Jadilah” maka jadilah sesuai dengan bentuk yang dikehendaki-Nya,
seperti dalam Firman-Nya:
في
اي صُوْرَة مَآشَآءَ رَكبك
“
Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (al-Infitar,82;
8)
Oleh
karena itu Allah disebut الْمُصَوِّرُ,
yakni melaksanakan atau mewujudkan apa yang hendak diwujudkan melalui bentuk
yang dikehendaki. Sedangkan penafsiran dari لَهُ
الْاَسْمَاءُ الْحُسْنَى ini dikemukakan dalam hadits dari Abu
hurairah yang terdapat dalam kitab ash-shahihain, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala
menpunyai 99 nama seratus kurang satu. Barangsiapa dapat menghitungnya
(menghafal dan mengamalkannya), maka dia akan masuk surga. Dan Allah itu
ganjil, menyukai yang ganjil.”[4]
B. Tafsir
Qs. Al- Rum (30): ayat 20-25
Qs.
Al- Rum ayat 20-21:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا
أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ (٢٠) وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً
وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (٢١)
(20).“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah,
kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak”.
(21).“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
Dalam
penafsiran ayat ini menunjukkan bahwaallah memperlihatkankebesaran dan
kekuasaannya melalui penciptaan adam dari tanah seperti di dalam Firman-Nya : خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ Ayat ini seakan menyatakan bahwa bukti
kekuasaan Allah adalah Dia mampu menciptakan asal mula kejadian seseorang dari
tanah yang diketahui tidak memiliki unsur kehidupan. kemudian tanpa diduga
dapat berkembang biak secara luas bertebaran di bumi.
Kemudian ayat selanjutnya yaitu ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ
تَنْتَشِرُونَ “kemudian tiba-tiba kamu (menjadi)
manusia yang berkembang biak”. Dalam hal ini manusia mengalami proses peralihan yang sangat
hebat dari awalnya yang berasal dari tanah menjadi setyetes air mani yang
kemudian mencapai tahap berkembang biak seperti yang disebutkan dalam Qs.
al-Hajj (22): 5.[5]
Setelah penjelasan ayat tentang
penciptaan manusia sampai pada perkembangannya, maka pada ayat selanjutnya,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ
خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ
بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ
Ayat
ini menjelaskan tentang perkembangbiakan manusia serta bukti kekuasaan dan
rahmat Allah , ayat ini melanjutkan pembuktian Allah yang lalu dengan
menyatakan bahwa : dan juga di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kamu secara khusus
pasangan-pasangan hidup suami atau istri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu tenang
dan tentram kepadanya, dan dijadikan diantara kamu mawaddah dan rahmat
sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir tentang kekuasaan dan nikmat Allah.[6]
Ayat
tersebut berkaitan dengan Firman Allah dalam (Qs. Al-A’raf: 189). Yaitu, Allah
menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam bagian kiri. Kemudian di antara rahmat
Allah kepada manusia adalah menjadikan pasangan mereka dari jenis-jenis mereka
sendiri serta menjadikan perasaan cinta dan kasih sayang diantara keduanya. Dan
hal demikian itu hanya terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mau berfikir.[7]
Ayat 22-23
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ
لِلْعَالِمِينَ (٢٢) وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
(٢٣)
(22) Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan
warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
(23) Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari
sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
Setelah Allah SWT menjelaskan
tentang bukti-bukti keberadaan-Nya melaluipencptaan manusia, kemudian Allah
menjelaskan bukti-bukti yang berada di alam semesta seperti perbedaan warna
kulit dan bahasa yang sangat banyak jumlahnya. Padahal mereka berasal dari
keturunan yang sama. Kemudian bukti keberadaan Allah melalui apa yang
disaksikan, misalnya, orang yang tertidurpulas pada waktu malam hari, aktivitas
yang sangat padat dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Dari penggalan ayat وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ menyatakan bahwa bukti keberadaan dan
kekuasaan allah yaitu dengan diciptakannya langit yang dipenuhi oleh banyak benda-benda
langit seperti bintang, bulan, dan planet- planet yang lainnya. Kemudian
penciptaan bumi yang didalamnya terdapat gunung-gunung, lembah-lembah,
laut-laut, padang pasir dan yang lainnya.
Kemudian pada penggalan ayat وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ yang menjelaskan bahwa bahasa yang kita miliki berbeda
antara satu dengan yang lainnya sampai tidak ada batasnya. Ada yang berbahasa
Arab, inggris, prancis, Hindustan, cina dan lain-lain yang tidak diketahui
jumlahnya kecuali hanya Allah yang mengetahuinya. Serta berbeda-beda jenisnya
yang mampu membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Dan ayat إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ bahwa yang demikian
itu hanyalah bagi orang-orang berilmu yang mau memikirkan tentang makhluk
ciptaan Allah. Bahwa semua yang diciptakan tidak ada yang sia-sia, tetapi dapat
di ambil pelajaran bagi orang-orang yang mau berfikir.[8]
وَمِنْ
آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
Dalam penciptaan langit dan bumi
dengan system malam dan siang. “Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang”
yang dapat mencapai istirahat dan ketenangan untuk menghilangkan rasa lemah dan
lelah. Kemudian dengan “usahamu mencari
sebagian dari karunia-Nya” atau rizki disiang hari, hal ini sejalan dengan
Qs. an-Naba’(78):10-11. Secara umum malam adalah waktu untuk beristirahat akan
tetapi, tidak menutup kemungkinan malam juga digunakan untuk istirahat dan
mencari rizki, dan di waktu siangpun bisa dilakukan kedua hal demikian.[9]
Ayat 24-25
وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا
وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ
فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (٢٤) وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ
السَّمَاءُ وَالأرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الأرْضِ
إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ (٢٥)
(24)Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk
(menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu
menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan
akalnya.
(25)Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian
apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).
Ayat ini berbicara tentang sebagian
apa yang dapat dilihat di angkasa. Yaitu
potensi adanya aliran listrik pada awan. Allah berfirman: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia memperlihatkan kilat kepada yakni cahaya yang
berkelebat dengan cepat dilangit untuk
menimbulkan ketakutan, dan memberikan harapan bagi turunnya air hujan bagi
yang berada di darat, dan Dia menurunkan
air hujan dari langit yaitu awan lalu
menghidupkan bumi dengannya air
itu sesudah matinya, yaitu setelah
gersang dan tandusnya tanah di bumi. Sesungguhnya
yang demikian itu sangat
menakjubkan dan terdapat tanda-tanda
kekuasaan allah seperti menghidupkan bumi yang telah mati, tanda-tanda tersebut
bermanfaat bagi kaum yang berakal
yang memikirkan dan merenungkannya.[10]
Kemudian
Allah berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالأرْضُ بِأَمْرِهِ”Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan
iradat-Nya,” seperti firman-Nya (Qs. Fatir: 41)
yaitu “sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap.” yaitu
tegak dan kokoh dengan perintahnya. kemudian, ketika hari kiamat, bumi akan
diganti dengan bumi dan langit yang lain, serta keluarlah orang-orang yang mati
dari kuburnya dalam keadaan hidup dengan perintah Allah dan seruan-Nya kepada
mereka. Oleh karena itu, Allah berfirman:
ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ
الأرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ
”Kemudian apabila Dia memanggil kamu
sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).”[11]
C.
Tafsir Qs.
Fushshilat (41): ayat 9-12
Adapun
tafsir surat Fushilat adalah sebagai berikut:
Ayat
9:
قُلْ اَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُوْنَ
بِاالَّلَذِي خَلَقَ الْاَرْضَ فِى يضوْمَيْنِ وَتَجْعَلُوْنَ لَهُ اَنْدَادَا,
ذلِكَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ
“Katakanlah,
“Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (yang bersifat) demikian itulah Tuhan
semesta alam”
Setelah
ayat-ayat ini mengecam kaum musyrikin, baik menyangkut sikap mereka
mempersekutukan Allah maupun penolakan tentang keniscayaan kiamat dan
kedurhakaan lainnya, ayat diatas menjelaskan betapa buruknya sikap mereka
sekaligus memaparkan betapa kuasanya Allah SWT. Ayat di atas memerintahkan
kepada nabi Muhammad bahwa: katakanlah juga kepada kaum musyrikin itu :”
sesungguhnya mengherankan sikap kamu apakah patut kamu terus menerus kafir
kepada Allah yang menciptakan planet bumidalam 2 hari dan bukan hanya itu ,
tetapi bersamaan dengan kekufuran itu kamu juga mengadakan sekutu-sekutu
bagi-Nya. Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itulah Tuhan pengendali
dan pemelihara alam semesta.[12]
Ayat 10:
جَعَلَ فِيْهَا رَوَاسِيَ مِنْ
فَوْقِهَا وَ بَارَكَ فِيْهَا وَ قَدَّرَ فِيْهَا اَقْوَاتَهَا فِيْ اَرْبَعَةِ
اَيَّامٍ, سَوَاءً لِّلسَّائِلِيْنَ. َ
“Dan Dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dia memberkahinya
dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam 4 masa.
(penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.
Dan
Dia menjadikan pada bumi itu gunung-gunung yang kokoh yang menjulang tinggi ke
atasnya, sedang pokoknya ada dalam tanah yaitu lapisan batu api. Dari lapisan
inilah gunung-gunung muncul. Jadi, gunung-gunung tersebut berpangkal jauh di
dalam tanah, sama melewati semua lapisan hingga sampai ke llapisan yang
pertama, yaitu lapisan batu api yang sekiranya jika tidak ada lapisan ini maka
bumi ini takkan menjadi tanah dan tak bisa menjadi tempat tinggal.
(بَارَكَ فِيْهَا وَ
) Dan Allah menjadikan gunung-gunung tersebut penuh berkah dengan banyaknya
kekayaan di sana serta bahan-bahan yang bermanfaat.
(وَ قَدَّرَ فِيْهَا
اَقْوَاتَهَا) dan Allah menentukan kadar bahan-bahan makanan bagi
penduduk-penduduk gunung yang sesuai dengan keadaan masing-masing daerah,
berupa makanan, pakaian, dan tumbuh-tumbuhan agar kehidupan menjadi makmur dan
urusan dunia teratur.
Sesungguhnya
diterangkan dalam ayat bahwa terjadinya penciptaan bumi, penciptaan
gunung-gunung yang kokoh di muka bumi serta ditentukannya kadar makanan adalah
dalam empat tahapan: satu tahap untuk memadatkan materi bumi setelah asalnya
berupa gas, setahap lagi untuk menyempurnakan lapisan-lapisan bumi, setahap
lagi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan setahap lagi untuk pembentukan
binatang.[13]
Ayat 11:
ثُمَّ اسْتَوَى اِلَى السَّمَاءِ
وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَ لِلْاَرْضِ ائتِيَا طَوْعًا اَوْ كَرْهًا,
قَالَتَا اَتَيْنَا طَائِعِيْنَ .
“Kemudian
Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap. Lalu
Dia berkata kepadanya dan kepada bumi “ Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa” keduanya menjawab, “ kami datang
dengan suka hati”
Langit
adalah zat dalam bentuk gas yang mirip dengan asap atau awan atau kabut. Dan
menurut ilmu modern disebut dunia kabut. Penciptaan bumi dan langit ini tidak
hanya dalam satu tahap , tetapi dengan beberapa tahap saja, sesuai dengan
hikmat dan urutan. Sedangkan sebagai kitab suci al-Qur’an cukup mengatakan
Allah telah menciptakan bumi dalam dua tahapan sedang menciptakan apa-apa yang
ada datasnya dalam dua tahapam pula, termasuk dalam menciptakan 7 langit. Dan
keduanya tersebut datang dengan suka untuk mematuhi dan menuruti segala
perintah Allah bukan karena terpaksa.[14]
Ayat 12:
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَموَاتٍ فِي
يَوْمَيْنِ وَاَوْحى فِيْ كُلِّ سَمَآءٍ اَمْرَهَا, وَزَيَّنَّا السَّمَآءَ
الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ, وَ حِفْظًا, ذلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ.
“Maka
Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap
langit urusannya. Dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”
Allah
menciptakan 7 langit dengan penciptaan tanpa contoh sebelumnya dan merupakan
urusan langit itu dalam 2 tahapan dan Allah menghiasi langit dengan
bintang-bintangyang bercahaya cemerlanag lampu-lamu, binatang-binatang itu
sekalipun tinggi rendahnya berbeda namun seluruhnya dapat terlihat cemerlang.
Dan dipelihara-Nya agar benda-benda tersebut tidak guncang dan tidak
berbenturan. Sesungguhnya itu semua merupakan keentuan dari Allah yang Maha
perkasa, yang mengalahkan segala sesuatu, menundukkan dan memaksanya, lagi maha
mengetahui tentang gerakan-gerakan seluruh makhluk baik yang nampak maupun
tidak.[15]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan menegai
ayat-ayat tentang Allah didalam firman-Nya yang termaktub dalam Qs. Al- Hasyr
(59): ayat 22-24, Qs. Al- Rum (30): ayat 20-25, Qs. Fushshilat (41): ayat 9-12
yang sebagian besar menjelaskan tentang keagungan dan kekuasaan Allah ini
sangatlahlah jelas dan nyata adanya.
Didalam Qs. Al-Hasyr
dijelaskan bahwa Allah merupakan tuhan yang patut disembah dan tidak ada yang
lain selain dia, dijelaskan pula sifat-sifat allah yang malik, quddus, salam,
mu’min dan muhaimin yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaannya, dan allah
mampu menetapkan apa yang menjadi kehendaknya.
Kemudian didalam Qs. Al- Ruum dijelaskan pula bahwa
allahlah yang patut disembah, tiada tuhan lain yang wajib disembah melainkan
dia, hal ini dibuktikan dengan ciptaanya yang sangat sempurrna berupa makhluk
dan apa saja yang ada di bumi,
B. Saran
Dengan selesainya
makalah Tafsir yang berjudul Ayat-ayat tentang Allah SWT ini, semoga bermanfaat
bagi para pembaca terutama bagi pemakalah sendiri, dengan demikian makalah ini
mampu dijadikan pelajaran untuk di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
tentang keagungan dan kekuasaan yang dimiliki oleh sang Khaliq, semoga kita
selalu senantiasa bersyukur kepadanya.
Daftar Pustaka
Bin Muhammad, Abd, Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2008
Mustafa al-Maraghi,Ahmad, Tafsir al-Maraghi, Semarang:
Karya Thoha Putra, 1993
Mustafa al-Maraghi, Ahmad, TafsirAl Maragi, Karya Toha Putra
Semarang, 1989
Quraisy Syihab, Muhammad, Tafsir
al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian, Jakarta: lentera hati, 2002
[1] M.Quraisy Syihab, Tafsir
al-Misbah,Pesan, Kesan dan Keserasian, (Jakarta: lentera hati, 2002),
hlm.558-559
[2] A.Mustafa al-Maraghi, Tafsir
al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Thoha Putra, 1993), hlm. 92
[3] M.Quraisy Syihab, Tafsir
al-Misbah,(Jakarta: lentera hati, 2002), hlm.560
[4] Abd. Bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Pustaka
Imam Syafi’i, 2008), hlm.378
[5]M. Quraisy Syihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dean
Keserasian Al-Qur’an. (Tanggerang: Lentera Hati,2002), hlm. 32
[6] M. Quraisy Syihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dean
Keserasian Al-Qur’an, (Tanggerang: Lentera Hati,2002), hlm. 33-33
[7] Abd. bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, (PUSTAKA IMAM
ASY-SYAFI’I, 2008), hlm. 168
[8]A. Mustafa Al-Maraghi, TafsirAl Maragi, ( PT. Karya Toha Putra
Semarang, 1989) , hlm. 68-70
[9]M. Quraisy Syihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dean
Keserasian Al-Qur’an, (Tanggerang: Lentera Hati,2002), hlm. 39
[10] M. Quraisy Syihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dean
Keserasian Al-Qur’an, (Tanggerang: Lentera Hati,2002), hlm. 41
[11] M. Quraisy Syihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an, (Tanggerang: Lentera Hati, 2002), hlm. 171
[12] M.Quraisy syihab, Tafsir Al-Misbah,
Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Tanggerang: Lentera Hati, 2002), hlm.381
[13] A.Mustafa al-Maraghi, Tafsir
al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Thoha Putra, 1993), hlm. 205-206
[14] A.Mustafa al-Maraghi, Tafsir
al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Thoha Putra, 1993), hlm. 207
blogmu iki ditoto meneh, terus diisi makalah" thok. Terus daftarno iklan. dadi duit.
ReplyDeletehttp://injenuitas.blogspot.com/