Thursday 8 January 2015

{الإرهاب} TERORISME

{الإرهاب}
TERORISME
أكد كثير من المحللين أن الفكر المنغلق منتج للإرهاب.
  Kebanyakan dari analisa meyakini bahwa pemikiran yang tertutup menghasilkan terorisme.
-إذ أنه يشكل التأصيل الشرعي للسلوكيات المِؤطرة للمجموعات الإرهابيه بلا شك إلا أننا لابد أن نقرّ من باب الرصد الموضوعي والإنصافي, أن الفقر والجهل لهما دور بارز ومتشابك, في خلق الأجواءالنفسية المؤجّجة للإرهاب.



Hal itu sesungguhnya menjadikan dasar hukum tingkah laku yang terbingkai pada sebuah kelompok terorisme -tidak diragukan lagi- kecuali kita harus melihat dari sisi pandang objektif
   ليس صحيحا أن الانحراف الفكري وحده سبب للإرهاب, فهذا تجزئة للأمور.
  Tidaklah benar bahwa penyimpangan pemikiran itu satu-satunya penyebab terorisme, maka ini sebagian dari permasalahan.
فالفقر هو بيئة الإرهاب الأولى, والجهل هو طريقه. وأينما حلّ الفقر تفشى الجهل لوجود علاقة التلازم بينهما.
  Maka kefakiran adalah lingkaran terorisme yang paling utama, dan kebodohan adalah jalannya. Dan dimanapun kefakiran itu menyebarkan kebodohan karena adanya hubungan yang erat diantara keduanya.
 dan komperehensif, bahwa kefakiran dan kebodohan memiliki peمع أن الجهل هو المحفزٌ الأساسي لنوازع الشرالكامنة في النفس البشرية, ومن ثمّ نشرت أفكار التطرّف عبرخطابها الملتوي, ومنطقها الأعوج
  Dengan kebodohan merupakan motivator utama untuk menghapus kejahatan yang melekat pada jiwa manusia, dan meskipun kemudian penyebaran ide ekstrem melalui ceramah-ceramahnya yang panjang, dan ucapan-ucapanya yang bengkok.
 وليس بالضرورة أن يكون الفقر والجهل منتجان للإرهاب, لكنهما عنصران أساسيان في تغذية هذه الظاهرة, وهو في النهاي: محصلة تفاعل خبرات شخصية, وعوامل ذتيه, وبيئة موضوعيهة
  Dan tidaklah penting bahwa kefakiran dan kebodohan itu mengakibatkan adanya terorisme, akan tetapi keduanya unsur yang mendasar dalam fenomena ini, dan terorisme pada akhirnya: menghasilkan efek pengalaman pribadi, dan faktor yang bersifat individu, dan obyek lingkungan.
ranan yang jelas dan saling terkait, dalam menciptakan pembentukan keprإن الإرهاب افة خطيرة, وأسلوب متدنّ للوصول إلى أهدافه. وهو نتيجة والفقر سبب ومثله الجهل. ولذا فإن الفقر والجهل وغيرهما من الأسباب وهي طرق للإرهاب.
  Sesungguhnya terorisme itu wabah yang membahayakan, dan cara-cara yang rendah untuk mencapai tujuannya. Dan akibat terorisme kefakiran dan menyebabkan pula kebodohan. Oleh karena itu kefakiran dan kebodohan selain keduanya penyebab jalan terorisme.
وقد أكّد المؤتمر العربي الثاني عشر لقيادات مكافحة الإرهاب في تونس على ضرورة معالجة الفساد والفقر والتخلف لدرء أخطارالفساد في تعزيز الفقر وتحفيز الإرهاب مما يستلزم التقاء الجهود الأمنية والسياسية مع الجهود الفكرية والعلمية والاقتصادية لتكون سببا في محارية الإرهاب ومعالجة التطرّف.
  Dan sungguh konferensi Arab yang ke dua belas menegaskan untuk mengendalikan perlawanan terorisme di Tunisia atas dasar darurat menangani kerusakan dan kefakiran dan perbedaan untuk mengungkap bahaya kerusakan di dalam memperkuat kefakiran dan merangsang terorisme perlu adanya arbitrase dan politik dengan kesungguhan berpikir ilmiah dan perekonomian menjadikan penyebab dalam memerangi terorisme dan memerangi ke-ekstrimasi.
ملاحظة نحوية.....
1.الجملة الشرطية هي جملة مركبة من أداة شرط وجملتين, الأولى شرط للثانية
2. للشرط أدوات, وهي نوعا: نوع يجرم الفعل (إن, من,معها, متى, أينما, حيثما, أيّ) ونوع لا يجزم: لو, لولا, إذا, كلّما, كيفما.
1. Jumlah syartiyah adalah jumlah yang tersusun dari syarat dan jumlah, jumlah yang pertama adalah syarat untuk jumlah yang kedua.
2. Untuk syarat, ada bermacam-macam: macam yang melazimkan fiil (jika, barang siapa, apapun, kapanpun, dimanapun, dimana saja, apa saja) dan macam yang tidak lazim (jikalau, jika tidak, jika, setiap kali, bagaimanapun).
غيرالجازمة
الجزمة
الجملة: فعلية/اسمية
_
من
ومن يبتغ غيرالإسلام دينا فلن يقبل منه
_
إن
إنتتقوااالله يجعل لكم فرقانا
_
ما
ماننسحمن اية أوننسها نأتي بخيرمنها أومثلها
لو
_
لو كناّنسمع أو نعقل ماكنّافي أسحاب السّعير
لولا
_
لولا أخّرتني إلى أجل قريب فأصّدّق وأكن من الصالحين
كلّما
_
كلّما نضجت جلودهم بدّلناهم جلودا غيرها ليذوقواالعذاب
ibadian semangat untuk menjadi teroris.

MEMBACA DAN MENULIS DI KELAS 2 SEMESTER 1

MEMBACA DAN MENULIS
 DI KELAS 2 SEMESTER 1
MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas Kelas PGMI 3A
Mata Kuliah: Bahasa dan Sastra Indonesia Tingkat Rendah
Dosen Pengampu: Sajid Iskandar

Description: Logo-IAIN-Walisongo-Semarang (1)

Disusun Oleh Kelompok 7
Min Ayatin Ainun Siha           (133911006)
Prapti Setiya Ningsih              (133911014)
Ristania Nurani                       (133911016)
Imam Ghozali                         (133911026)
Ulfa Nurul Wakhidah             (133911037)
Novita Ernawati                      (133911040)
Rizki Permatasari                    (133911062)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014






I.       PENDAHULUAN
      Kemampuan membaca dan menulis diyakini dapat membentuk pribadi yang mandiri dan mampu menyesuiakan dirinya denga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dalam konteks itu, pembelajaran literasi di kelas awal (literady in early grade) menampakkan perannya yang amat penting.
      Melalui pembelajaran literasi diharapkan para siswa memiliki tingkat pemahaman dan kemampuan berpikir yang tinggi sejak dini, bukan sekedar pemahama literal. Agar siswa memiliki kemampuan tersebut suasana kelas tempat mereka belajar harus dapat memberi motivasi mereka untuk terlibat dalam kegiatan membaca dan menulis.
      Kelas harus memberikan suasana yang menyenangkan bagi siswa agar mereka bersemangat dalam kegiatan literasi. Pertanyaannya, bagaimanakah menciptakan lingkungan kelas yang literat? Mangapa lingkungan harus diciptakan di sekolah?
      Lingkungan kelas yang literat ditunjukan oleh banyaknya tulisan yang dapat dibaca oleh siswa, baik yang di tempel di dinding, di apapun tulis maupun  dalam bentuk buku.

II.    RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana KI dan KD Kelas 2 Semester 1?
B.  Bagaimana proses membaca dan menulis di kelas 2 semester 1 ?
C.  Bagaimana langkah-langkah pemodelan membaca di kelas 2 semester 1 ?
D. Bagaimana pemodelan menulis di kelas 2 semester 1?
E.  Bagaimana langkah-langkah pemodelan menulis di kelas 2 semester 1?





III.    PEMBAHASAN
A.      KI dan KD Bahasa Indonesia di Kelas 2 Semester 1
1.      Mendengarkan
SK    : 1.   Memahami teks pendek dan puisi anak yang dilisankan
KD   : 1.1 Menyebutkan kembali dengan  kalimat  sendiri isi teks pendek   
2.         Berbicara
SK     :  2.    Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman secara lisan melalui kegiatan bertanya, bercerita, dan deklamasi
KD     :  2.3   Mendeklamasikan puisi dengan  ekspresi yang tepat.
Contoh memahami teks pendek:
Membantu korban bencana
Gempa bumi telah tejadi di Yogyakarta
Banyak rumah rusak dan korban jiwa
Para korban bencana sangat butuh bantuan

Warga perumahan Griyapermai
Tidak terkena bencana.
Warga di perumahan itu merasa kasihan.
Mereka berniat membantu korban bencana.
 
Mereka mebutuhkan bantuan.
Pak RT memimpin kegiatan itu.
Warga memberi uang, pakaian, bahan makanan,
Dan obat-obatan
Bantuan itu diharapkan meringkan beban para korban.[1]


Contoh Puisi :
Singa
Aum,,,, begitulah suaranya.
Lebih besar dari kucing badannya
Giginya runcing
Karena suka makan daging
Singa jantan memiliki surai di kepalanya
Pemalas dan sering tidur kerjanya
Singa betina yang mencari makanannya
Lebih lincah gerakannya
Singa termasuk binatang buas
Jadi berbahaya jika ia lepas[2]
Contoh membaca teks pendek:
Anak yang Rajin
Ino anak yang rajin.
Setelah bangun pagi Ino merapikan tempat tidur.
Ino juga selalu membantu orang tua.
Merapikan mainan dan meletakkan piring serta pakaian kotor di tempatnya adalah tugasnya
Pada malam hari Ino tidak lupa belajar.
Ino juga menyiapkan buku-buku yang akan dibawanya besok.
Itulah tugas ini sehari-hari.
Ayah dan Ibu sayang kepada Ino.
Kesimpulan:
Ino anak yang rajin
Ino rajin membantu orang tua.
Ayah dan Ibu senang kepada Ino.[3]
B.     Membaca dan Menulis di Kelas 2 Semester 1
Membaca ialah proses memahami pesan tertulis yang menggunakan bahasa tertentu yang disampaikan oleh penulis kepada pembacanya.[4] Membaca dan menulis merupakan dua keterampilan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya menjadi keterampilan yang harus dimiliki setiap orang untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi. Dalam pembelajaran dikelas awal, keterampilan membaca dan menulis adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa agar dapat mengikuti materi pelajaran lainnya.
Dalam pelaksanaannya di dalam kelas, dikenal bermacam-macam metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan (MMP), yaitu metode eja, metode suku kata, dan metode global.
1.        Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyi abjadnya. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, dan seterusnya, dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e dan seterusnya. Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya: b.a ba (dibaca be.a ba)
d.u du (dibaca de.u → du)
ba-du dilafalkan badu
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat menulis huruf-huruf lepas, kemudian dilanjuutkan dengan belajar menulis rangkai huruf yang berupa suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata” badu”tadi. Selanjutnya, murid diminta menulis seperti : ba - du → badu.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan komunikatif, dan pendekatan pengalaman berbahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab, familiar, dengan kehidupan murid menuju hal-hal yang sulit dan mungkin meruipakan sesuatu yang baru bagi murid.
2.        Metode Suku kata dan Metode Kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-kata tadi misalnya :
ba – bi              cu – ci              da – da            ka – ki
ba – bu             ca – ci              du – da                        ku – ku
bi – bi               ci – ca              da – du                        ka – ku
ba – ca             ka – ca             du – ka                        ku – da
Kegiatan tersebut dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana. Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata dan kata ke dalam suku-suku kata.
3.        Metode Global
Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali pada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan dibawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.
Sebagai contoh dapat dilihat bahan ajar untuk MMP yang menggunakan metode global.
a.    Memperkenalkan gambar dan kalimat
b.    Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata.[5]
     Untuk memunculkan dan mengasah keterampilan siswa dalam membaca dan menulis, guru memiliki peranan sangat penting. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk melatih membaca dan menulis siswa dikelas awal adalah melalui pemodelan. Pemodelan merupakn upaya paling kongkrit yang dapat dilakukan guru. Dalam kegiatan pemodelan, guru memberikan stimulasi kepada siswa untuk membaca dan menulis.
Stimulasi yang diberikan guru kepada siswanya dapat mendorong siswa mengenal, mengetahui, dan memahami huruf, kata, dan kalimat. Stimulasi berarti membngikitkan suatu kekuatan atau kemampuan yang sebenarnya telah ada dalam diri seorang siswa. Hal yang harus selalu diingat, stimulasi dalam kegiatan pemodelan ini tidak bersifat memaksa dan tidak mengandung target kemampuan tertentu (bukan merupakan teacher center). Dengan demikian, stimulasi dibutuhkan sebagai bagian dari pemodelan.
     Kegiatan membaca dan menulis ini harus memperhatikan psikologi dikelas awal (usia 6-9 tahun). Pada usia tersebut, siswa membutuhkan stimulasi dar guru secara berkelanjutan. Menurut Cox (1999: 132) seperti dikutip oleh Musfiroh (2008:12-13, stimulasi melaui bermain sambil belajar harus memeperhatikan berbagai hal, diantaranya adalah demonstrasi dan keterlibatan.
     Dalam proses belajar membaca dan menulis, siswa membutuhkan demonstrasi dari kegiatan orang disekitarnya. Oleh karena itu, guru harus menjadi model membaca dan menulis bagi siswa, bahkan model berbicara. Berdasarkan hal itulah, kegiatan pemodelan dalam membaca dan menulis membutuhkan peran guru secara maksimal. Guru harus memiliki kreatifitas dalam menyusun strategi pemodelan agar siswa tertarik, kemudian menyimak dan meniru.
     Proses belajar terjadi ketika anak terlibat secara aktif terhadap apa yang mereka lakukan. hal ini merefleksikan suatu perspektif, konstruktif dari belajar dan mengajar. Keterlibatan siswa dalam kegiatan pemodelan ini dapat dimunculkan dengan praktik meniru model. Misalnya, dalam pemodelan membaca, siswa menirukan kelafalan setiap kata yang diucapkan guru. Sedangkan dalam pemodelan menulis, siswa dapat meniru langsung apa yang diinstruksikan atau dituliskan guru.
     Kesuksesan pemodelan membaca dan menulis di kelas awal ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menerapkan strategi, menggunakan media, dan mendemonstrasikan setiap langkah pemodelan. Oleh karena itu, kreatifitas guru sangat diperlukan dalam kegiatan pemodelan ini.
C.      Langkah-langkah pemodelan Membaca di kelas 2 Semester 1
Kesuksesan pemodelan membaca di kelas 2 semester 1 sangat bergantung pada kecakapan guru dalam mendemonstrasikan setiap langkah pemodelan. Berikut langkah-langkah pemodelan membaca di kelas 2 Semester 1 (Satu):
1.    Siapkan alat/bahan yang dibutuhkan, yaitu big book/teks cerita sederhana sesuai dengan tema dikelas awal.
2.    Sebelum menggunakan big book dalam pemodelan, bacalah terlebih dahulu big book sampai memahami teksnya.
3.    Pilihlah strategi pemodelan sesuai dengan kondisi kelas. Misalnya jika kelas terlalu padat, aturlah kelas dengn menarik kursi dan membuatnya berjajar didepan kelas  atau mempersiapakan tempat di depan kelas untukan lesehan. Jika memungkinkan, kegiatan pemodelan membaca dapat dilakukan di luar kelas. Misalnya, dibawah pohon rindang, di taman sekolah/diteras. Buatlah tempat yang kondusif
4.    Lakukan pemodelan dengan cara membaca kata demi kata sambil menunjuk setiap kata yang dilafalkan.
5.    Mintalah setiap siswa untuk mengucap ulang kata yang dibacakan
6.    Saat membaca cerita, perhatikan intonasi untuk memperkenalkan tanda baca sederhana secara implisit. Seperti: melafalkan kalimat Tanya dengan intonasi bertanya. Hal itu menjadi salah satu cara implisit untuk memperkenalkan tanda baca.
7.    Ulangi kembali membaca kata jika diperlukan.
8.    Ketika membaca big book ajukan pertanyaan-pertanyaan pancingan untuk membantu pemahaman siswa. Misalnya, apakah warna yang dipakai koko? pertanyaan itu dilanjutkan dengan pertanyaan : apa warna kesukaan kalian?
9.    Setelah selesai membaca mintalah beberapa orang secara bergantian untuk menceritakan kembali isi cerita tersebut.[6]

D.      Pemodelan Menulis di Kelas 2 Semester 1
            Dalam kegiatan pemodelan menulis di kelas awal, guru terlibat dahulu melakukan identifikasi kemampuan siswa. Setelah itu, guru mengelompokkan siswa yang bisa menulis dan belum bisa menulis. Keemper, dkk. (1995:4) menyatakan bahwa “ writing is natural thing to do, writing is a lot of different things and all of them are important, writing is a process, and writing is a skill that much be practiced”. Berdasarkan pernyataan tersebut menulis merupakan keterampilan yang sesungguhnya dimiliki tiap orang secara natural dan membutuhkan latihan serta proses untuk mengasahnya. Oleh karena itulah, guru harus mengetahui siswa yang bisa menulis dan belum bisa menulis.
Bagi siswa yang belum bisa menulis, guru memberikan pemodelan menulis setiap guru dengan satu tarikan. Banyak permasalahn yang muncul dalam kegiatan menulis dikelas awal, di antaranya adalah jenis huruf yang digunakan siswa beragam karena latar belakang setiap siswa berbeda-beda, penggunakaan huruf kapital, siswa belum peka membedakan bunyi “ng” dan “ny” sehingga kesulitan menuliskannya, dan siswa belum mampu menulis menjadi kalimat utuh yang baik. [7]
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh bembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan ketiga kemampuan tersebut, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai, karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan sehingga menghasilkan tulisan yang runtut dan padu.[8]

E.     Langkah-Langkah Pemodelan Penulisan di Kelas Awal
1.      Siapkan alat atau bahan yang dibutuhkan, yaitu buku-buku bergaris, pensil, gambar bentuk-bentuk huruf, foto atau gambar, celana yang bertuliskan “celana” (foto atau gambar berukuran besar agar terlihat oleh seuruh siwa atau foto/ gambar lain yang sesuai dengan dunia anak.
2.      Pilihlah strategi pemodelan sesuai dengan kondisi kelas
3.      Siapkan siswa untuk memegang pensil secara tepat
4.       Mulailah memodelkan menulis di udara. Modelkan menulis dengan tarikan paling minimal.
Gambar huruf lepas[9]

5.      Mintalah setiap siswa menyiapkan buku tulis bergaris.
6.      Mintalah siswa menulis dibuku tulis bergaris dengan cara meniru huruf demi huruf yang dicontohkan
7.      Ketika memodelkan pilihlah huruf-huruf yang satu rumpun. Misalnya “ A,C,D,G,O”
8.      Selain itu modelkanlah huruf dari yang termudah dari segi formasi pembemtukan huruf. Contoh : C, lalu D, E dan seterusnya. Jangan memulainya secara urut alfabetis. Pada tahap ini, dapat juga dimodelkan cara menuliskan angka. Misalnya memasukkan angka dalam kalimat sebenarnya
9.      Berikan contoh gambar disertai susunan huruf nama gambar tersebut untuk mempermudah pemahaman siswa tentang formasi pembentukan huruf. Misalnya, ketika memberikan contoh huruf C, berikanlah contoh pengguanan huruf tersebut dalam kata. Misalnya “celana”
10.  Lakukan kegiatan pemodelan menulis hanya seminggu sekali seama 30 menit agar secara psikologis, siswa tidak merasa tertekan. Buatlah siswa merasa senang selam berlatih keterampilan menulis dengan memberikan pujian seperti “bagus, pintar, atau hebat”. Selain itu, dapat juga dengan memberikan tanda bintang pada hasil kerja siswa.
11.  Mintalah siswa mengumpulkan hasil kerjanya, lalu berilah penilaian.
12.  Simpanlah hasil kerja mereka dalam portopolio.[10]











IV.    PENUTUP
A.       Simpulan
     Kemampuan membaca dan menulis di yakini dapat membentuk pribadi yang mandiri dan mampu menyesuiakan dirinya denga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dalam konteks itu, pembelajaran literasi di kelas awal (literady in early grade) menampakan perannya yang amat penting.
KI dan KD Bahasa Indonesia di Kelas 2 Semester 1
Mendengarkan
SK    : 1.   Memahami teks pendek dan puisi anak yang dilisankan
KD   : 1.1 Menyebutkan kembali dengan  kalimat  sendiri isi teks pendek   
Berbicara
SK     :  2.    Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman secara lisan melalui kegiatan bertanya, bercerita, dan deklamasi
KD     :  2.3   Mendeklamasikan puisi dengan  ekspresi yang tepat
Membaca dan menulis merupakan dua keterampilan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya menjadi keterampilan yang harus dimiliki setiap orang untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi. Dalam pelaksanaannya di dalam kelas, di kenal bermacam-macam metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan (MMP), yaitu metode eja, metode suku kata, dan metode global.
Kesuksesan pemodelan membaca di kelas 2 semester 1 sangat bergantung pada kecakapan guru dalam mendemonstrasikan setiap langkah pemodelan. Dalam kegiatan pemodelan menulis di kelas awal, guru terlibat dahulu melakukan identifikasi kemampuan siswa. Setelah itu, guru mengelompokkan siswa yang bisa menulis dan belum bisa menulis.
B.        Saran
Demikian pemaparan makalah mengenai proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 2 semester 1, semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan, dan juga bermanfaat untuk pemakalah.

DAFTAR PUSTAKA


Lili Nurlaili Dkk, Seri Tematik HIDUP RUKUN, Jakarta Timur: Yudistira, 2014.
Lili Nuraili Dkk, Seri Tematik BERMAIN DI LINGKUNGAN, Jakarta Timur: Yudistira, 2014.
Lili Nuraili Dkk, Seri Tematik TUGASKU SEHARI-HARI, Jakarta Timur: Yudistira, 2014.
 Alek, H. Achmad, BAHASA INDONESIA untuk PERGURUAN TINGGI, Jakarta: Kencana, 2010.
Djago Tarigan, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004.
Musfiroh, Tadkiroatun, MenumbuhKembangkan Baca-Tulis Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo, 2008.
Kempeer, Dave, dkk, Writers Express. Burlington: Write Source Educational Publishing House, 1995.
Iskandarwassid, Dadang Sunendar, STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA, Bandung: Remaja Rosda Karya. 2010.
Elfa, Pokok-Pokok Pelajaran Ulangan untuk Pelajar Nusantara, Jakarta: Media, 2000.
Buku Sumber Bagi Dosen Lptk, Pembelajaran Literasi Kelas Awal Di LPTK, Jakarta: World Education.


[1] Lili Nurlaili Dkk, Seri Tematik HIDUP RUKUN, (Jakarta Timur: Yudistira, 2014), hlm. 121.
[2] Lili Nuraili Dkk, Seri Tematik BERMAIN DI LINGKUNGAN, (Jakarta Timur: Yudistira, 2014), hlm. 22.
[3] Lili Nuraili Dkk, Seri Tematik TUGASKU SEHARI-HARI, (Jakarta Timur: Yudistira, 2014), hlm. 3.
[4] Alek, H. Achmad, BAHASA INDONESIA untuk PERGURUAN TINGGI, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 75.
[5] Djago Tarigan, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), hlm. 5.5 - 5.11
[6] Musfiroh, Tadkiroatun, Menumbuh Kembangkan Baca-Tulis Anak Usia Dini. (Jakarta: Grasindo, 2008), hlm. 88-89.
[7] Kempeer, Dave, dkk, Writers Express. (Burlington: Write Source Educational Publishing House, 1995), hlm. 89-90.
[8] Iskandarwassid, Dadang Sunendar, STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 248.
[9] Elfa, Pokok-Pokok Pelajaran Ulangan untuk Pelajar Nusantara, (Jakarta: Media, 2000), hlm. 6.
[10] Buku Sumber Bagi Dosen Lptk, Pembelajaran Literasi Kelas Awal Di LPTK, (Jakarta: World Education), hlm. 86-93.